Sabtu, 12 Maret 2011

PHP ( jilid 1 )

Repost from dwitasaridwita :)

Aku mulai mencintaimu, mulai membiasakan diri akan kehadiranmu, dan mulai percaya yang ku rasakan adalah cinta. Setiap kau sapa aku, setiap kau peluk aku, setiap tatap matamu, semua mampu menyentuh hati terdalamku. 

Tapi pada akhirnya aku sadar, aku hanyalah tempatmu meletakkan kecemasan. Aku hanyalah persinggahan, ketika kamu lelah untuk berjalan. Betapa bodohnya aku bisa begitu mencintai seseorang yang bahkan meletakkan hatinya pada banyak wanita.

Dulu, aku mencoba menutup telinga saat mendengar perkataan orang tentangmu, pada setiap bisikan yang mengatakan kamu tidak baik, kamu selalu melompat dari satu hubungan ke hubungan lain, berpindah dari satu pelukan ke pelukan lain, dan memberi hati pada banyak orang. Aku tak pernah mempercayai itu, dan kebodohanku semakin lengkap, ketika nyatanya kamu memang seperti yang mereka katakan dulu.

Aku tak menyangka jika pria yang begitu halus membisikkan cinta, begitu manis mengucapkan rindu, dan begitu mudah berkata sayang adalah orang yang harusnya dari awal tidak ku percayai. Bahkan kamu tak menyadari bahwa aku begitu tergoda akan kehadiranmu. Kamu tak sadar betapa aku inginkan sebuah kejelasan. Kamu tak paham betapa cinta mulai mengetuk pintu hatiku.

Sungguh bodoh!
Mengapa aku menjatuhkan air mata untuk kamu yang pernah berpura-pura menangisiku?
Apa yang bisa kau anggap lucu dari perasaan ini?
Mengapa kau begitu mudah menjadikan perasaanku sebagai candaan yang bisa membuatmu tertawa?
Seandainya semua bisa kembali seperti dulu lagi. Seandainya rangkul pelukmu masih sehangat yang kurasakan. Mungkin aku tak akan sesedih ini, tak akan seberantakan ini, dan tak akan segila ini. 

Kalau kau ingin pergi, tentu akan ku persilahkan. Tapi, berjanjilah padaku; Setelah ini, pergilah temui ibumu dan cintai beliau dengan ketulusan, sehingga kau bisa belajar mencintai wanita lain dengan ketulusan yang sama. Katakan padaku, kau akan menganggap kata sayang adalah kata yang sakral, sehingga tak akan kamu ucapkan hanya untuk menyakiti perasaan seorang wanita.

Berjanjilah padaku, setelah ini kau akan benar-benar pergi, mencari wanita baru untuk kau beri kebahagiaan, bukan tangisan. Tapi, jika kamu tak mampu melalukan semua itu maka kembalilah, dan akan ku biarkan kau menyakitiku lagi.

Terimakasih untuk tawa yang kau titipkan pada setiap candaanmu diujung malam. Sekarang, aku sadar betapa sosok yang pernah membuatku tertawa paling kencang adalah pria yang membuatku menangis semalaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar