Repost from dwitasaridwita :)
Aku mulai mencintaimu, mulai
membiasakan diri akan kehadiranmu, dan mulai percaya yang ku rasakan adalah
cinta. Setiap kau sapa aku, setiap kau peluk aku, setiap tatap matamu, semua
mampu menyentuh hati terdalamku.
Tapi pada akhirnya aku sadar, aku hanyalah tempatmu
meletakkan kecemasan. Aku hanyalah persinggahan, ketika kamu lelah untuk
berjalan. Betapa bodohnya aku bisa begitu mencintai seseorang yang bahkan
meletakkan hatinya pada banyak wanita.
Dulu, aku mencoba menutup telinga saat mendengar
perkataan orang tentangmu, pada setiap bisikan yang mengatakan kamu tidak baik,
kamu selalu melompat dari satu hubungan ke hubungan lain, berpindah dari satu
pelukan ke pelukan lain, dan memberi hati pada banyak orang. Aku tak pernah
mempercayai itu, dan kebodohanku semakin lengkap, ketika nyatanya kamu memang
seperti yang mereka katakan dulu.
Aku tak menyangka jika pria yang begitu halus
membisikkan cinta, begitu manis mengucapkan rindu, dan begitu mudah berkata
sayang adalah orang yang harusnya dari awal tidak ku percayai. Bahkan kamu tak
menyadari bahwa aku begitu tergoda akan kehadiranmu. Kamu tak sadar betapa aku
inginkan sebuah kejelasan. Kamu tak paham betapa cinta mulai mengetuk pintu
hatiku.
Sungguh bodoh!
Mengapa aku menjatuhkan air mata untuk kamu yang pernah
berpura-pura menangisiku?
Apa yang bisa kau anggap lucu dari perasaan ini?
Mengapa kau begitu mudah menjadikan perasaanku sebagai
candaan yang bisa membuatmu tertawa?
Seandainya semua bisa kembali seperti dulu lagi.
Seandainya rangkul pelukmu masih sehangat yang kurasakan. Mungkin aku tak akan
sesedih ini, tak akan seberantakan ini, dan tak akan segila ini.
Kalau kau ingin pergi, tentu akan ku persilahkan. Tapi, berjanjilah padaku; Setelah ini, pergilah temui ibumu dan cintai beliau dengan ketulusan, sehingga kau bisa belajar mencintai wanita lain dengan ketulusan yang sama. Katakan padaku, kau akan menganggap kata sayang adalah kata yang sakral, sehingga tak akan kamu ucapkan hanya untuk menyakiti perasaan seorang wanita.
Berjanjilah padaku, setelah ini kau akan benar-benar
pergi, mencari wanita baru untuk kau beri kebahagiaan, bukan tangisan. Tapi,
jika kamu tak mampu melalukan semua itu maka kembalilah, dan akan ku biarkan
kau menyakitiku lagi.
Terimakasih untuk tawa yang kau titipkan pada setiap
candaanmu diujung malam. Sekarang, aku sadar betapa sosok yang pernah membuatku
tertawa paling kencang adalah pria yang membuatku menangis semalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar